Membahas Tentang Seputar Ilmu Agama Islam

Menahan Nafsu dan Mengakrabi Allah

Menahan Nafsu dan Mengakrabi Allah ~ Dalam kitab Madarijus Salikin dikisahkan seorang sufi, Abu Yazid Al-Bustamy, bermunajat kepada Allah. “Ya Allah bagaimanakah caranya berjalan menuju hadirat-Mu?”. Saat itu terdengar bisikan menyusup ke jiwanya, “Ketahuilah bahwa nafsu adalah gunung yang tinggi dan besar. Dialah yang menghalangi perjalananmu menuju Allah, tidak ada  jalan lain  untuk sampai pada Allah kecuali  melewati gunung itu terlebih dahulu.”


Nafsu jelas merupakan penghalang bagi seorang hamba mencapai Tuhan-Nya telah ditegaskan Rasulullah saat perang Badar usai. Perang yang dirasa sahabat paling hebat yang pernah mereka alami ternyata belum apa-apa dibanding perang melawan hawa nafsu.

Konteks jihad melawan hawa nafsu yang diisyaratkan Nabi sebagai perang besar yang sesungguhnya kita temui dalam puasa. Perintah Allah kepada kaum mukmin agar mengekang jasmaninya dari makan, minum, dan berhubungan s*ksual, tujuannya tak lain agar manusia dapat menjalin hubungan akrab dengan Allah Tuhan semesta. Inilah yang disebut taqwa, yakni satu keadaan dimana seorang mukmin mengerti bagaimana seharusnya bersikap kepada Allah agar Dia  senantiasa  gembira dan tidak murka.

Untuk sampai ke derajat taqwa, puasa diperlukan sebagai latihan. Kata Ramadhan sendiri berarti mengasah, yakni mengasah kemampuan mukmin mengendalikan nafsu seraya memberi nutrisi bagi rohaninya. Manusia secara fitrah dikaruniai nafsu hewani. Namun, di luar itu manusia juga tercipta dari nur ilahi. Makan, minum dan berhubungan s*ksual adalah pemenuhan bagi nafsu hewani tadi. 

Kebutuhan ini menjadi kebutuhan primer karena kelangsungan hidup manusia tergantung darinya. Tapi kadang kebutuhan ini dipenuhi secara berlebihan yang  mengakibatkan seseorang terlalu gemar hingga  lupa daratan. Akibatnya nur ilahi dalam dirinya tertutupi. Maka puasa diperlukan untuk melatih seorang mukmin untuk mengendalikannya. Bila seseorang bisa mengendalikan nafsunya nur ilahi dalam  dirinya akan berkilap.

Seseorang yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya dan sukses pula memunculkan nur ilahi dalam dirinya akan membawa  pada keakraban dengan Allah. Keakraban di sini bukanlah temporer, atau hanya berlangsung di bulan Ramadhan saja. Buah latihan Ramadhan dinikmati di bulan-bulan lain dan sepanjang hidup mukmin. Jika taqwa sudah diraih tak ada halangan lagi bagi mukmin menuju ke hadirat  Allah swt.

Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
Labels: Seputar-Islam

Thanks for reading Menahan Nafsu dan Mengakrabi Allah. Please share...!

0 Comment for "Menahan Nafsu dan Mengakrabi Allah"

Back To Top